Walaupun Tidak Memiliki Kaki, Tukang Parkir Ini Tetap Bekerja Keras demi Menghidupi Anak dan Istri
Minggu, 14 Maret 2021
Edit
Memiliki keterbatasan tidak menghalangi Agus Slamet dalam mencari rezeki. Terlebih statusnya yang sebagai kepala rumah tangga yang memiliki kewajiban mencari nafkah halal demi memnuhi kebutuhan keluarga.
Agus Slamet seorang tukang parkir di Rumah Makan Garang Asem Sari Rasa, Jalan Agil Kusumadya No. 20, Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kudus yang tidak memiliki kedua kaki. Sehari-hari Agus bekkerja selama kurang lebih 4 jam dari pukul 13.00-17.00.
Keterbatasan yang ia miliki tidak menjadika alasan untuk berpangku tangan dan menunggu belas kasihan orang lain. Agus tetap semangat bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin mendesak. Bekerja demi sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sekolah kedua anaknya yang kini duduk di bangku SMA dan SD.Tidak ada pilihan lain selain jadi tukang parkir. Saya sadar orang cacat di mana-mana akan kesulitan mencari pekerjaan seperti orang normal,” katanya, saat ditemui, Jumat (23/3).
Agus yang tinggal di Desa Mlati Lor, Kecamatan Kota itu sejak kelas 3 SD sudah belajar mandiri. Agus yang sadar terlahir dari keluarga yang kurang mampu itu akhirnya bangkit karena tiidak ingin menjadi beban kedua orang tuanya.Agus Slamet seorang tukang parkir di Rumah Makan Garang Asem Sari Rasa, Jalan Agil Kusumadya No. 20, Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kudus yang tidak memiliki kedua kaki. Sehari-hari Agus bekkerja selama kurang lebih 4 jam dari pukul 13.00-17.00.
Keterbatasan yang ia miliki tidak menjadika alasan untuk berpangku tangan dan menunggu belas kasihan orang lain. Agus tetap semangat bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin mendesak. Bekerja demi sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan sekolah kedua anaknya yang kini duduk di bangku SMA dan SD.Tidak ada pilihan lain selain jadi tukang parkir. Saya sadar orang cacat di mana-mana akan kesulitan mencari pekerjaan seperti orang normal,” katanya, saat ditemui, Jumat (23/3).
“Saya sejak kecil sudah berusaha untuk mandiri, agar orang tua tidak begitu terbebani dengan kondisi saya yang tidak punya kaki ini,” ujarnya.
Untuk bekerja sehari-hari, Agus mengandalkan kedua tangannya untuk melangkah agar bisa berpindah dai satu tempat ke tampat lainnya. Agus tidak memperdulikan belas kasihan, yang ia pikirkan hanya bagaimana ia bisa bekerja dengan cara yang halal untuk anak istrinya di rumah.