Pilu Gadis 11 Tahun Jadi Orangtua untuk 3 Adiknya usai Ayah dan Ibunya Dipenjara Kecanduan Narkoba
Sungguh menyedihkan ketika anak-anak harus ditempatkan dalam situasi di mana mereka harus tumbuh terlalu cepat dan memaksa mereka kehilangan masa kecil yang berharga.
Lebih menyedihkan lagi ketika mereka berada dalam situasi ini karena orang tua mereka adalah pecandu narkoba.
Melansir Sinar Harian, Nurul Farisha Mohd Ridzuan yang berusia 11 tahun dipaksa menjadi orang tua bagi keempat saudara kandungnya, karena orangtua mereka masuk penjara karena kecanduan narkoba.
Nurul saat ini mengasuh saudara laki-lakinya yang masing-masing berusia 12, 6, 3, dan 1 tahun.
Sebagai 'orangtua' bagi adik-adiknya, Nurul harus melakukan banyak hal.
Termasuk menidurkan adik bungsunya sementara dia mengawasi saudara laki-lakinya yang lain saat mereka bermain di rumah mereka di Kubang Terap, Kelantan, Malaysia.
Dia juga memasak untuk adik-adiknya dengan menggunakan tungku kayu karena mereka tidak memiliki kompor dan saat dia memasak, dia menggendong adik bungsunya untuk mencegahnya menangis.
Sejak orang tua mereka dipenjara karena pelanggaran narkoba, dia dan adik laki-lakinya telah mengambil alih tanggung jawab sebagai orang tua.
“Kami tinggal bersama kakek dan nenek kami. Tapi kakek kami (Fauzi Ismail, 63 tahun) menderita asma kronis dan selalu tidak sehat, dan nenek kami (Wan Hasiah Wan Aziz 56 tahun) pergi bekerja dan mencari uang untuk keluarga kami, ”kata gadis kecil itu. .
Nurul Farisha memikul tanggung jawab sebagai orang tua ketika nenek mereka pulang ke rumah menjual minyak pijat, dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore.
Karena keadaan keuangan mereka, dia memasak nasi, ikan goreng dan membuat mie instan untuk dimakan saudara-saudaranya.
Tetapi yang paling menyedihkan adalah adik bungsu meminum susu kental manis karena mereka tidak mampu membeli susu bubuk.
Keadaan mereka juga membuat mereka putus sekolah selama dua tahun sejak mereka pindah ke Kelantan dari Seremban.
“Terakhir kali kami bersekolah di Seremban, saya tidak pandai menulis dan membaca, tapi kakak tertua kami bisa. Kami memang ingin sekali bersekolah, tapi hidup kami tidak seperti kehidupan orang lain, ”tambah Nurul Farisha.
Keinginan pergi ke sekolah untuk mengenyam pendidikan tentu bukanlah permintaan yang besar, lagipula, itu penting untuk pertumbuhan anak-anak.
Semoga pihak berwenang cepat turun tangan untuk membantu anak-anak ini, yang mengalami kesulitan ini.