Awalan

Nak Pulanglah, Ibu Kangen’, Kisah Seorang Ibu Yang Hidup Dari Upah Rp 1.000 Sekali Pijat.

 


Usia senja sudah selayaknya hidup tenang dan bahagia di sisi anak dan cucu. Tidak dengan Mbah Saminem. Mbah Saminem adalah salah satu perempuan lanjut usia yang hidup sebatang kara.


Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Mbah Saminem yang tinggal di sebuah kampung di Ponorogo ini pun perlu berusaha sendiri. Mirisnya, terkadang Mbah Saminem hanya mendapatkan upah yang jauh dari harapan.

Simak ulasan selengkapnya berikut ini.


Tinggal Seorang Diri

Dilansir dari kanal YouTube Cak Budi Official yang berjudul ‘Nak, Pulanglah Ibu Kangen’, nampak Mbah Saminem mempersilakan dua orang tamu yang bertandang ke rumah sederhananya. Ia mengaku selama ini hidup sebatang kara.

“Namung kula. Yuga kula wonten Pare (Cuma saya. Anak saya ada di Pare),” ucapnya.

Perabotan Sederhana Tak Terurus

Di dalam rumahnya, nampak tak ada satu pun barang mewah atau pun berharga yang dimiliki oleh Mbah Saminem. Bahkan, semua perabotan rumahnya tampak usang dan tak terurus.

Ia pun hanya tidur di atas tanah dengan sebuah alas berupa tikar sederhana.

Menunggu Belas Kasihan Tetangga


Untuk makan, terkadang Mbah Saminem hanya menunggu belas kasihan dari tetangga. Ia menyebut ada tetangga di seberang sungai yang kerap kali menolongnya saat dirinya yang tua renta tersebut membutuhkan pertolongan.


Bocah ler kali niku (orang utara sungai itu),” ungkapnya.


Tak Tahu Usia


Kondisi fisik dari Mbah Saminem pun nampaknya semakin menurun. Saat ditanya mengenai usianya oleh pria yang akrab disapa Cak Budi, Mbah Saminem menyebut bahwa ia tak mengingat usianya saat ini.


Yuswane pinten mbah (umurnya berapa mbah)?,” tanyanya.


Aku ra ngerti (aku tidak tahu),” jelasnya.


Tiga Anak Tak Pernah Pulang


Penderitaan Mbah Saminem kian menyedihkan saat dirinya mengaku bahwa ketiga anaknya tak pernah mengunjungi dirinya. Dari video tersebut, diketahui beberapa anak dari Mbah Saminem kini berada di Pare dan Tulungagung.


Sembari menangis ingin anak cucunya pulang, Mbah Saminem pun menceritakan hal tersebut kepada Cak Budi.


“Anak putuku ngendangi aku. Ora diendangi aku (Anak cucuku datangi aku. Tidak pernah dikunjungi aku),” ujarnya.


Sekali Pijat Cuma Diberi Rp1000


Sebelum akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja, Mbah Saminem dulu sempat bekerja sebagai tukang pijat hingga ke desa tetangga. Meski telah bekerja keras, Mbah Saminem hanya diberi seribu rupiah.


Nek disukani sok-sok yo sewu (Kalau dikasih ya kadang-kadang seribu),” terangnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan bawah Artikel

Iklan pintar Artikel