Awalan

Tuhan, Aku Mencintai Ibuku Jadi Izinkan Aku Membahagiakannya


 Tuhan, aku mencintai ibuku, maka bila aku memang boleh menyayangi dan membahagiakannya, berilah aku kemampuan untuk menyayangi dan membahagiakannya.

Bila kecukupan harta bisa membantuku membahagiakannya, sesungguhnya bukan harta yang kuminta. Tetapi, bila cara itu memang bekerja, apa boleh buat, kenapa tidak jika memang harus menjadi orang yang kaya raya? Tak ada yang mustahil bagi-Mu.
Sungguh, sebenarnya bukan kekayaan yang kuinginkan, tetapi bila itu bisa menjadi sebab bagi terwujudnya sesuatu yang kuharapkan, dan Kau mengizinkannya, aku sesungguhnya hanyalah manusia biasa yang tak akan sanggup menolak apapun kehendak-Mu.” (Fahd Pahdepie dalam Rumah Tangga hlm. 113)
Ladies, apa kabar ibumu? Apakah ia baik-baik saja sekarang? Masih sehat kah ia? Masih dapatkah kamu melihat senyumannya dan mencium tangannya?
Selama kamu masih bisa menatap matanya, berusahalah untuk membahagiakannya.
Atau mungkin ia sudah berpulang? Melanjutkan perjalanan dengan kembali ke pangkuan-Nya?
Meski saat ini hanya doa yang bisa menghubungkanmu dengan wanita yang paling berjasa dalam hidupmu, yakinlah ia akan ikut tersenyum saat melihatmu tersenyum.
Mungkin ibu kita bukan yang paling sempurna. Ia mungkin pernah berbuat kesalahan. Atau mungkin ia pernah melakukan sesuatu yang membuatmu malu.
Bisa juga dia pernah jadi orang yang tak pernah mengerti dirimu. Tapi di salah satu sudut hati kita yang terdalam, pastilah kita ingin membahagiakannya meski hanya sekali dalam hidup.
“My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.”
― George Washington

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel

Iklan bawah Artikel

Iklan pintar Artikel